Sabtu, 19 November 2016

Rasa tentang Kita

Aku seorang Rani yang sangat sederhana, mencintai seseorang yang begitu istimewa bagiku. Seseorang yang telah menjadi kekasihku saat ini. Sungguh kebahagiaan yang luar biasa yang tak pernah aku rasa sebelumnya.

"Ayo, Dik!" ajak Mas Niko kepadaku.

'Dik' begitulah ia memanggil diriku, tak pernah ia memanggil dengan hanya menyebut namaku saja. Entah karena ia memang terbiasa seperti itu jika memanggil lawan bicaranya atau untuk saling menghormati. Hmmm, entahlah.

Pernah suatu ketika, ia bilang kepadaku kalau ia lebih suka jika aku memanggilnya dengan sebutan 'Mas' daripada 'Kakak'. Yaa, aku juga sadar bahwa ia adalah keturunan Jawa dan sejak saat itu aku selalu memanggilnya dengan sebutan 'Mas'.

Dengan sigap ia meraih tanganku, menyebrang jalan raya ini. Lalu lalang kendaraan dan suara bising menambah riuhnya keadaan.

"Kita naik kendaraan itu ya, Dik," jelas Mas Niko sambil menunjuk salah satu kendaraan umum.

"Iya, Mas," jawabku singkat sambil melangkahkan kaki untuk naik kendaraan umum itu bersamanya.

Akhirnya duduklah kami berdua. Dan aku duduk di sebelah kirinya.

"Dik, Mas ada baju buat Adik, produksi sendiri dari tempat pekerjaan Mas. Tapi ukurannya kira-kira cukup nggak, ya? Karena memang cuma ada ukuran itu."

"O ya!" jawabku dengan gembira juga haru.

"Nanti Mas kasih ke Adik, biar Adik lihat."

"Iya, Mas."

Perjalanan ini membawa kami ke berbagai macam percakapan. Hingga tak terasa kami telah tiba di tempat tujuan kami.

Secangkir kopi dan secangkir teh menemani kami berdua.

"Oh iya, ini bajunya, Dik," ucap Mas Niko sambil mengeluarkan sesuatu yang transparan tercantum merk pakaian itu yang membungkus pakaian berwarna biru muda yang terlihat dari luar, "Mas ingin Adik pakai ini, tapi kalau nggak suka, ya nggak apa-apa, nggak usah dipakai ya, Dik," tambahnya.

Perlahan aku membukanya dan terlihat jelas di depan mataku, ini adalah sebuah kemeja berwarna biru muda. Aku suka sekali kemeja. Dan ini tampak sederhana dan elegan menurutku.

"Wah, Mas… kemejanya bagus banget, aku suka!"

"Benaran kamu suka?"

"Benar, Mas."

Aku terus memandangi kemeja ini.

"Mas… makasih banyak, ya."

"Iya, Dik, sama-sama, semoga ukurannya juga cukup."

Dengan sangat gembira, aku pulang menuju rumah. Sesampainya di rumah aku langsung membuka kemeja itu dan mencobanya. Sungguh, aku sangat suka dengan kemejanya. Warnanya juga lembut dan bahannya sangat nyaman dipakai.

Beberapa kali aku pakai kemeja itu dan selalu teringat akan dirinya.

Hari libur kembali tiba. Aku bersiap-siap untuk bertemu dengannya kembali, mengenakan pakaian yang pernah ia berikan kepadaku.

Detik demi detik pun berlalu. Dan rasa rindu ini akan segera terobati.

"Dik!" sapa Mas Niko ketika bertemu denganku.

"Iya, Mas."

"Udah lama nunggu ya, Dik?"

"Nggak kok, Mas."

Seperti biasa secangkir kopi dan teh menemani kami berdua.

"Dik, kok melamun?" tanya Mas Niko sembari menepuk lenganku.

Seketika aku terkejut, suara dan sentuhannya menyadarkanku dalam lamunan.

"Ehh! Kenapa Mas?"

"Kenapa kok melamun?"

"Oh… nggak apa-apa kok, Mas," jawabku singkat dengan senyum resah.

"Ooh, ya udah. Diminum lagi tuh, Dik."

"Iya, Mas."

Aku masih menyembunyikan semua hal tentang itu. Hal yang sungguh membuatku merasa tak berdaya.

Rani, pikirkan baik-baik tentang hal itu, kata-kata itu yang selalu bermain di pikiranku, pesan penting orangtuaku untuk hubunganku ini.

Mas Niko menuangkan kembali teh ke dalam cangkirku. Aku menatapnya dalam-dalam, bukan karena teh yang sedang dituangnya kembali, yang setengah dari teh di cangkir itu telah sukses menjalankan tugasnya untuk menghilangkan dahagaku. Tapi melihatnya di hadapanku, aku merasa begitu tenang. Entah karena apa?

Pesonanya memang memikat hatiku sejak aku mengenalnya. Ketika itu, saat pertama kali aku bertemu dengannya, jalan bersama, bersenda gurau. Semuanya sungguh membuatku terhanyut, aku jatuh hati padanya.

Saat ini, dengan penuh semangat ia bercerita tentang pengalamannya saat bekerja sama dengan seseorang untuk membangun sebuah usaha. Tapi aku tak benar-benar mendengarkannya, karena aku telah membiarkan hal tentang itu larut dalam perasaanku, bercampur menjadi sebuah kesatuan yang telah menang memenuhi pikiranku.

"Mas… aku mau… mau ngomong sesuatu."

"Iya, Dik, mau ngomong apa? ngomong aja."

Masih aku tak kuasa untuk berbicara, air bening mulai jatuh membasahi pipiku.

Adik kenapa??? Kok, nangis??" tanya Mas Niko penuh heran.

"Aku… aku…."

Air mata ini terus mengalir, aku mencoba mengusapnya dengan cepat, tapi lagi dan lagi pipi ini basah karenanya.

"Dik, ada apa??? Jangan nangis, Dik. Ada apa sebenarnya??" desak Mas Niko.

"Mmm… maafkan aku, Mas… aku tak bisa melanjutkan hubungan kita, orangtuaku tak setuju dengan hubungan ini."

Sambil aku terus mengusap air mataku.

"Ooh…," jawabnya dengan nada melemah.

Aku menjelaskan alasan mengapa orangtuaku tak setuju.

Tak ada semangat di dirinya, ia lalu melanjutkan perkataannya, "Ya udah, kalau itu memang keputusan Adik dan orangtua Adik, Mas nggak bisa maksa… dari sisi Mas juga orangtua Mas menginginkan yang Jawa juga."

"Tapi… jujur Mas, aku masih sayang banget sama Mas."

"Sama, Dik."

Air mata ini masih terus membasahi pipiku. Dan terasa jari Mas Niko mendarat di pipiku. Mas Niko mengusap air mataku.

"Udah, jangan nangis lagi, ya. Mas jadi ikutan sedih, Mas paling nggak bisa lihat perempuan nangis." Sambil terus mengusap air mataku.

Aku hanya terdiam. Dan menatapnya dalam-dalam.

Terlihat Mas Niko sedang berpikir jauh, pikirannya menerawang.

"Iya, jadi ingat, saat kita ketemu, Adik menghampiri Mas, mengikuti Mas dari belakang, menemani Mas walaupun Adik cuma diam aja, nggak berbuat apa-apa…."
Ada senyum tersungging di bibirnya.

Tapi aku lihat air bening menetes membasahi pipinya. Aku terkejut, "Mas!?"

Aku mencoba meraihnya. "Mas, jangan nangis, maafkan aku Mas, aku nggak akan nangis lagi," ucapku lirih.

Aku mengusap air matanya yang telah membasahi pipinya.

"Mas, jangan nangis."

Ia meraih tanganku yang sedang mengusap pipinya.

"Dik…." Suaranya semakin melemah. "Ahh, ya udahlah, Dik." Sambil terus mengedipkan matanya berusaha untuk menghilangkan air mata dan kesedihannya.

"Maafkan Mas, ya?"

"Aku yang minta maaf, Mas."

Mas Niko terdiam sejenak dengan raut wajah yang sangat terlihat dipenuhi dengan pikiran.

"Hmmmm… ya udah, kita sekarang berteman baik aja. Ya, Dik?"

Aku masih belum bisa menjawab, pikiranku campur aduk, kalau masih bisa aku memilih, aku tak ingin melewati semua ini. Dan dengan sangat berat aku harus mengatakan 'Iya'.

"Iya, Mas… makasih, masih mau menjadi teman aku."

Cuaca di luar seakan sama dengan perasaanku. Awan hitam mulai datang dan siap meneteskan airnya. Aku berusaha menahan air mata ini. Melawan kesedihan yang telah merajai diriku.




"Dik, kayaknya mau hujan, kita pulang, yuk!"

"Iya, Mas, udah gelap banget."

Aku pun bersiap-siap dan Mas Niko menyalakan motornya. Dengan cepat kami melaju, namun seketika hujan turun dengan derasnya. Langsung Mas Niko membawa motornya menepi untuk berteduh.

"Yah, hujan, Dik."

"Iya."

"Kita tunggu hujan reda dulu, ya?"

"Iya, Mas."

Hujan yang turun disertai dengan petir. Kilatnya terlihat jelas di langit, sampai terlihat dekat dengan kami.

"Duh," ucap Mas Niko sambil memalingkan wajahnya ketika cahaya kilat terlihat dekat. "Dik, Adik di sini deh, pindah. Biar Mas di situ, biar Adik nggak terlalu kena kilatnya," pinta Mas Niko kepadaku.

"Iya."

Kami kemudian berganti posisi. Sekarang Mas Niko berada di sebelah kiriku.

Hujan yang membasahi bumi, membentuk aliran air di sepanjang jalan. Kilat masih terus menemani hujan.

Mas Niko yang sedang berada di sampingku, yang hanya tinggal beberapa waktu saja akan menghilang dari sisiku. Hanya menunggu waktu yang aku harapkan berjalan lambat, memberikan izinku untuk bisa merasakan dirinya bersamaku, sekali lagi.

Udara dingin memeluk tubuh ini. Seperti hatiku yang sedang membeku.

Tetesan air hujan mulai berkurang.

"Dik, jalan lagi, yuk!"

"Iya Mas, udah agak reda."

Kami melanjutkan perjalanan kembali. Aku mulai memegangnya lagi dari belakang dan sedikit memeluk dirinya dengan penuh harap pelukan ini akan kembali aku dapatkan.

Perjalanan ini sunguh membuatku beku tak berdaya. Hanya saat ini aku masih bisa melihatnya di hadapanku, sudah cukup membuatku tenang.

Hingga tak terasa, perjalanan yang memakan banyak waktu, terasa sangat singkat bagiku saat ini. Lalu aku turun dari motornya.

"Dik, Mas cuma bisa antar kamu sampai sini aja, ya."

"Iya, nggak apa-apa."

Aku tertunduk pilu.

"Adik jaga diri, ya. Maafkan semua kesalahan Mas."

Berusaha kuat aku menahan, perlahan aku tatap dirinya.

"Iya, sama-sama, Mas. Aku juga minta maaf."

Sangat dalam aku menatap dirinya. Wajah yang selama ini menghiasi hari-hariku, akan menghilang.

"Ya udah, Adik hati-hati. Mas pamit ya, Dik."

"Iya, Mas."

Ia mulai mengendalikan motornya balik arah. Dan aku mulai melangkahkan kaki, sangat berat aku rasa, tak ada tenaga, tubuhku terasa lemah dan kaku. Dengan penuh aku berharap waktu berhenti agar aku bisa terus melihat dan bersamanya lagi.

Aku menoleh ke belakang, dan tak aku dapati dirinya. Jauh sudah pergi, menghilang dalam pandangan yang juga menghilang dari sisiku. Ia telah pergi dengan membawa kisah cinta kita berdua.

Dan masih aku bertahan melawan kesedihan ini.

Biar aku simpan semua dalam ingatan dan kenangan cinta kita. Tak akan pernah aku lupakan semua yang pernah ada…


***


*Smile and Love

Jumat, 18 November 2016

Setiap Manusia




Manusia adalah ciptaan Tuhan. Tuhan menciptakan manusia dengan akal dan pikiran. Tuhan menciptakan manusia dengan rupa yang berbeda-beda. Ada yang berwajah bulat, ada yang berkulit putih, ada yang bermata sipit. Manusia juga memiliki sifat atau karakteristik tertentu.

Setiap manusia pasti mempunyai sisi baik. Ya.. Aku percaya karena pada dasarnya manusia adalah baik. Hanya saja sifat, pola pikir atau didikan sejak kecil dan lingkungan dapat mempengaruhinya.

Setiap manusia itu pasti punya kemampuan. Setiap manusia itu pintar. Setiap manusia itu cerdas. Setiap manusia itu pandai. Aku yakin itu.. Bahkan yang mungkin kita anggap ia adalah siswa atau siswi yang kurang disiplin pada masa sekolahnya dahulu. Sering tidak masuk sekolah, sering keluar dalam pelajaran sekolah tanpa izin, sering tidak mengerjakan tugas. Tapi justru mereka bisa sukses pada saat ini dan mugkin mengalahkan teman-temannya yang lain saat di sekolah yang sama dahulu. Dan ketika nilai dalam mata pelajaran dahulu di sekolah tidak mendapat nilai yang bagus atau dalam arti kurang berprestasi di sekolahnya. Tapi dalam menghadapi suatu hal atau masalah dalam kehidupannya. Ia tahu, ia mengerti apa yang seharusnya ia lakukan. Tindakan yang bijak yang pada akhirnya mengeluarkan ia dalam suatu masalah. Mengapa demikian? Karena...... Pada dasarnya manusia itu pintar.. Manusia itu baik.. Tuhan telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya penciptaan. Dan aku yakin Tuhan menciptakan kita bukan dengan sia-sia. Ada maksud yang terdapat di dalamnya. Namun, untuk dapat menemukan itu, memang terkadang tidak mudah. Tapi, coba perhatikan, setiap apa pun itu pasti memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing, bukan? Begitu pun juga dengan manusia. Kita diciptakan dengan beberapa kekurangan berikut juga dengan kelebihannya. Dalam diri manusia ada 'sesuatu' di dalamnya. Yang mungkin bisa berbeda, dari setiap individu. Ada yang ahli dalam satu bidang, tapi mungkin lemah dalam bidang lain. Tapi bukan berarti, jika kelemahan dalam satu bidang, maka ia lemah dalam semua bidang. Aku yakin, selalu ada 'sesuatu' di dalamnya. Sebagai contoh, ada yang ahli dalam bidang seni, ada juga yang ahli dalam bidang olahraga dan lain-lainnya.

Setiap manusia pasti punya kemampuan dan rasa tanggung jawab. Ya, walaupun semua itu tergantung pada diri masing-masing, karena setiap individu itu berbeda-beda. Walaupun berbeda-beda, tapi kita sebaiknya tidak memandang sebelah mata orang lain. Dan kita tidak pernah tahu, bisa jadi orang yang kita anggap buruk tapi justru lebih baik dari kita. Jangan pernah mengambil kesimpulan atau membuat pernyataan sendiri tanpa melihat kebenarannya terlebih dahulu. Jangan pernah melihat orang lain dari penampilan luarnya saja.

Ayo,  kita lebih berpikir positif. Lebih bijak dalam memandang suatu hal. Karena kita adalah manusia. Yang telah diciptakan oleh Tuhan dengan sangat istimewa..



Hmm.. Semoga bermanfaat..


*Smile and Love

Rabu, 02 November 2016

Mengambil Keunikan Hujan di Taman Margasatwa Ragunan

Pagi ini mentari muncul tanpa malu-malu, sinarnya begitu cerah menerangi pagi. Mentari seakan tersenyum dan menyapa kepada semua ciptaan Tuhan. Cahaya yang begitu indah menembus celah dedaunan. Langit biru membentang. Burung-burung bersahutan, terbang lalu hinggap dari satu dahan ke dahan yang lain.

Cahaya mentari menghangatkan tubuh ini yang sedang asyik menikmati jalan-jalan pagi bersama si kecil imut dan lucu, putri dari Saudari kembarku, juga bersama Kakak perempuanku dan putrinya.

Pagi ini kami sekeluarga mempunyai rencana untuk pergi tamasya ke Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan. Melihat cahaya mentari yang begitu cerah, kemudian kami pun bersiap-siap untuk berangkat ke sana. Setelah beberapa jam perjalanan, kami pun tiba di tempat tujuan kami, Taman Margasatwa Ragunan.

"Sampai deh kita, ayo.. nanti kita lihat gajah, jerapah," berkatalah kita semua kepada si kecil.

"Ternyata ramai juga ya, banyak pengunjungnya hari ini," kataku pada diriku sendiri.


Taman Margasatwa Ragunan atau Kebun Binatang ini merupakan kebun binatang pertama yang ada di Indonesia, yang didirikan pada tahun 1864 di Batavia, di kawasan Cikini, Jakarta Pusat. Dan pada tahun 1964 Taman Margasatwa ini dipindahkan ke kawasan Pasar Minggu Ragunan, Jakarta Selatan. Taman Margasatwa ini memiliki luas 140 hektar.

Untuk tiket masuk Taman Margasatwa ini adalah Rp. 4.000,- untuk dewasa dan untuk anak-anak Rp. 3.000,- juga untuk asuransi dikenakan biaya Rp. 500,-
Yap, cukup terjangkau, ya. Kita tidak hanya dapat menikmati sejuknya udara di sini dengan pemandangan indah yang berhiaskan pepohonan, tapi kita juga bisa mendapatkan ilmu pengetahuan tentang dunia satwa. Nah, berhubung usia keponakanku masih di bawah 3 tahun, maka tidak memerlukan tiket. Dan...... akhirnya, masuklah kami semua.

Di sini banyak para pedagang, ada yang berdagang makanan, minuman, souvenir dan lain-lain. Dan yang paling banyak di cari adalah alas untuk duduk, semacam tikar gitu. Banyak yang menjajakannya dan pastinya kami ikut beli juga, hehehe. Di Taman Margasatwa Ragunan ini terdapat area permainan anak, kereta wisata, delman, Pusat Primata Schmutzer dan masih banyak lagi yang tersedia di sini.

Sejauh mata ini memandang, terlihatlah seekor gajah besar dan lainnya yang masih kecil. Kaki ini terus melangkah mendekati mereka yang amat lucu. Sampai deh, di rumah gajah. Waah, keponakanku senang banget bisa lihat gajah secara dekat. Sepertinya mereka menikmati, meski awalnya mereka agak takut karena memang baru pertama kali melihat gajah secara langsung. Tahu, kan? Gajah itu binatang yang besar banget dan punya belalai yang panjang. Hehehe...

Beberapa saat melihat gajah dan rusa, kami pun mencari tempat makan untuk makan siang. Eits.. Tunggu dulu, sebelumnya kami sudah membeli makanan di luar. Hanya saja sekarang kita akan mencari tempat yang unik, tempat di mana kita bisa makan di atas rumput dan di bawah pohon. Haha.. Seru deh, makan di tempat kayak gini. Dengan beberapa kali kami melirik tempat, akhirnya kami dapat juga. Yeaaayy...!!!

Tapi langit tak lagi biru, awan hitam menghalangi, seakan mentari tak lagi tersenyum. Dengan segenap rasa cemas akan turunnya air hujan, kami pun makan dengan tergesa-gesa.

Tik..!

Mulailah awan hitam meneteskan airnya. Makan siang pun selesai dan segeralah kami merapikan makan siang kami.

Dan seketika hujan turun dengan derasnya. Kami berlari menuju sebuah gedung untuk berteduh. Fiuuuh.. Basah juga deh, tapi untung sih, nggak banyak.. Hehe..
Dengan suara gemuruh kilat dan gemuruh alunan musik di dalam gedung. Kami pun perlahan memasuki gedung ini. Dan ternyata... Adik-adik kecil sedang menari di atas panggung. Ya, di sini sedang diadakan lomba menari tingkat TK-SD (Taman Kanak-kanak sampai dengan Sekolah Dasar) Sejabotabek. Adik-adik kecil dengan lincah menari tradisional Indonesia, mengeluarkan bakatnya di bidang kesenian. Hmmmm.. Entah mengapa aku senang banget kalau ada pentas seni kayak gini. Kami pun ikut menyaksikan mereka menari, berlenggak-lenggok di atas panggung, mengangkat kedua tangan, memainkan jentik jemarinya. Dan.. Oh ku lihat, keponakanku menggerak-gerakkan badannya juga, ikut menari.. Yeeeaahh.. Senangnya deh.. Hehee..



Dengan harap yang tak henti, semoga hujan segera reda. Hmmm... Coba bayangkan, kami yang belum lama sampai dan belum sempat melihat binatang yang lainnya, harus duduk berdiam diri di dalam gedung. Huufth... Karena tujuan kami ke sini adalah selain untuk refreshing tapi juga untuk menunjukkan pada si kecil tentang dunia satwa. Namun.. Detik demi detik pun berlalu dan ohh.. Hujan masih juga belum reda. Waktu hampir sore dan tak lama hujan pun reda, yaa walaupun masih gerimis siih.. Tapi kami berpikir untuk melanjutkan jelajah melihat satwa lainnya sambil berjalan menuju pintu keluar.

Dan tibalah di area permainan anak, di sana ada banyak permainan, ada permainan kereta, helikopter dan lain-lain. Tertariklah Kakakku untuk mengajak putri-putrinya. Dan tahu, nggak? Aku dan adikku juga ikut dengan mereka untuk naik permainan kereta.. Hahaha...
Di sini menggunakan koin untuk balita dan dewasa Rp. 5.000,- perkoin untuk setiap permainan. Jadilah aku, adik, kakak dan putrinya naik kereta, kereta mini pastinya. Hehee.. Seru deh, ada beberapa kali putaran untuk permainan ini. Dan akhirnya kereta mini pun berhenti. Aku dan adikku keluar, sedangkan kakakku dan putrinya masih lanjut bermain.

Yeehhhaaa, sekarang waktunya untuk mengabadikan momen ini. Tahu kan, yaaa? Apa yang aku maksud? Hihihihii... Dengan cari-cari tempat yang bagus dengan bermacam-macam gaya (walaupun kalau buat aku sih cuma bisa satu gaya, tapi nggak apa-apa, yang penting kan judulnya bergaya) Hahaha...

Kami pun kembali melanjutkan perjalanan ke pintu keluar, sambil sesekali mampir ke rumah-rumah satwa yang ada di sepanjang jalan arah keluar ini.

Kami kembali melakukan perjalanan untuk kembali pulang. Kami sangat bersyukur karena ketika turun hujan, kami dengan mudah mendapatkan tempat untuk berteduh, dengan aman tentunya dan satu hal yang penting, kami tidak hanya dapat melihat satwa (yaa.. walaupun nggak banyak sih, karena terbatas oleh waktu), tapi kami semua termasuk keponakanku bisa melihat pertunjukan tari, menyaksikan tarian dan mengajak si kecil bermain permainan. Hihii..
Dan satu lagi, Tuhan memberikan suguhan yang sangat indah, ketika kami hampir tiba di rumah, setelah tak lagi hujan, tampak sangat indah di langit.
Aku yakin semua tahu... Ya, kan? Apa yang terjadi setelah turun hujan?

Ya, pelangi!

Ada pelangi..! Sungguh luar biasa indah ciptaan Tuhan. Aku yang berkesempatan melihat pelangi, tak ingin rasanya pandangan ini berpaling. Ingin terus melihat dan melihat pelangi ini.. Lagi dan lagi...

Terima kasih Tuhan, Engkau telah memberikan semua nikmat ini kepada hamba-Mu. Dan terima kasihku untuk keluargaku. Kakak dan semuanya.



***

Semoga bermanfaat yaa... 

*Smile and Love