Minggu, 26 Februari 2017

Secarik Kertas Penuh Rasa




Tatapan Samar

Lagi... Aku menangis
Aku terhempas, jatuh ke dalam satu lingkaran sama
Pucat aku menggigil, jantung berdetak cepat, dingin terasa tubuh terkulai
Ahh.. Aku terlalu rapuh
Tak berdaya dalam kekuatan
Hendak kemanakah aku ini?
Masih dalam tatapan yang terasa samar
Jalan berliku namun aku terobos dengan tiada arah
Hancur.. Tak beraturan
Hitam dengan lemah yang menjadikannya tetap tenang
Masih enggan beranjak merasakan setiap darinya
Entah lama atau cepat
Dengan sadar yang nampak bening
Mencekam di depan mata...


***


Salahku lakukan itu, telah membuat tanda tanya
Aku tahu, tak seharusnya bunga indah dibiarkan layu
Hingga kering tak harum lagi
Namun, entah mengapa semua itu terjadi
Jangan tanyakan padaku
Karena aku sendiri pun tak tahu
Andai dapat dipahami
Jangan biarkan hilang tak berbekas..


***


Aku tahu.. Aku mengerti.. Aku menyadari.. Dan aku mengakui
Jauh dari angan dan harapan yang begitu indah dari diriku
Mereka kecewa? Ya!
Marah.. Sedih.. Merasa sia-sia dan percuma
Air mataku tak tertahankan, menghiasi dalam diamku
Ini semua memang salahku
Aku akui itu
Tapi izinkan aku untuk tetap terus berjalan, walau dengan tertatih 
Namun, aku masih ingin tetap terus dan terus mencipta
Walau hasil yang aku dapat tak seindah dirimu, dirinya.. Dan dia yang di sana juga dengan yang lainnya
Biarlah aku genggam mimpiku
Walau hanya sebatas impian kecil
Dan walau dengan kesadaranku
Aku menyadari dan mengakui
Aku.. Masih... Sangat jauh....


***

Mengapa engkau buka dengan luasnya
Dan mengajakku untuk dapat memandang jauh, memulai langkah-langkah kecil
Bila dirimu ternyata, masih belum sanggup untuk melepas
Dan memberi jawaban atas apa yang telah engkau persembahkan untukku
Mengapa engkau lakukan
Membiarkan aku larut oleh jejak-jejak yang telah tercipta
Namun membiarkan diriku diam terpaku
Tak memberi kata untuk mencairkan kebekuan ini
Aku menggigil, tak berdaya
Beri aku terang, agar menghilang lenyap tak tersisa dengan kehangatan yang indah..


***

Hmmm... Baru berjumpa lagi nih setelah sekian lama tanpa kata-kata. Duh, bahasanya. Terbawa suasana nih jadinya. Hehe..

Apa kabar Sahabat?
Aku harap semua baik-baik saja yaa..


Sedikit tentang coretan kecil aku nih di masa lalu, di saat aku sedang galau, segalau-galaunya sampai nangis isek-isekan #ehh

Entah disebut puisi atau bukan, yang jelas aku hanya mencoba mengungkapkan perasaan aku melalui kata-kata.



Terkadang tidak semua apa yang ada di dalam pikiran dan perasaan kita, kita bisa mengungkapkannya. Entah itu karena situasi atau karena kita yang memang tidak bisa mengucapkannya secara langsung.

Nah, dengan mencoba mengungkapkannya melalui tulisan maka semua itu dapat tersalurkan. Emosi yang timbul dapat tersalurkan dengan baik. Tidak hanya dalam keadaan sedih, bahagia atau marah.

Coba bayangkan, ketika kita sedang marah, pastinya kita ingin sekali menumpahkan amarah kita tersebut. Jika kita meluapkannya dengan seseorang yang bersangkutan maka kemungkinan kita bisa menyakiti dirinya karena kata-kata kita. Kata-kata yang tak sengaja terucap hanya karena amarah kita yang sedang memuncak. Atau bahkan menimbulkan masalah lainnya. Duh, semoga saja jangan sampai seperti ini, ya.

Memang dengan mengungkapkan apa yang sedang kita rasakan itu melegakan. Kalau kebetulan keberuntungan ada di pihak kita, maka kita bisa mengungkapkannya secara langsung tanpa menimbulkan masalah lainnya. Namun harus tetap dengan hati-hati.

Jika kita tidak punya kesempatan tersebut, maka menulis bisa menjadi sebuah sarana. Dengan menulis kita dapat mengungkapkan semua perasaan kita. Tuliskan segala apa yang sedang kita rasakan. Tuliskan semua perasaan kita sesuai dengan yang ingin kita ungkapkan.

Nah, setelah itu coba lihat dan rasakan efeknya. Setelah kita menulis perasaan kita, kita bisa menjadi lebih lega dan tenang, karena emosi kita sudah tersalurkan, bahkan kita melakukannya dengan tanpa menyakiti siapa pun. Benar, nggak?

Hanya secarik kertas yang sudah kita buat goresan-goresan di tubuhnya. Bahkan mungkin kita bisa merobek dan meremasnya dengan kuat. Kertas? Iya, kertas. Hanya kertas yang merasakannya.

Bagiku nggak masalah kalau kita sampai merusak kertas itu, daripada hati seseorang yang kita remas-remas dengan kuat, yang sebenarnya kita sangat menyayanginya *upss

Aku juga nggak selalu menuliskan semua pikiran atau perasaan aku. Tapi terkadang, di saat tertentu aku menuliskannya. Entah itu tentang peristiwa penting, termasuk informasi secara detail atau tentang perasaan aku.

Dan ketika kita sudah memiliki sebuah catatan, lalu kita membuka dan membaca tulisan kita kembali, kita seakan memiliki sebuah rekaman yang dapat membawa kita ke masa itu, masa yang pada saat itu kita merasakan dari setiap emosi, dari hal yang membahagiakan sampai hal yang mengharukan atau hal lucu sekalipun. Selain itu juga kita bisa tahu, bagaimana diri kita yang sebenarnya, ketika kita sedang menghadapi di setiap emosi yang timbul saat itu.

Bagiku menulis itu bukan hanya menjadi sarana untuk menyimpan informasi, bukan pula hanya untuk menyalurkan emosi, tetapi karena emosi dapat tersalurkan, maka bagiku menulis ini menyembuhkan.


Hmmm.. Selamat melanjutkan menulisnya ya bagi yang sudah sering menulis dan menjadikan menulis sebagai aktivitas sehari-hari dan selamat menulis juga bagi yang baru menulis, termasuk aku yang masih belum sering menulis. Hehe..


Semoga tulisanku kali ini bermanfaat yaa..



*Smile and Love