Senin, 30 Januari 2017

Mengganggu Konsentrasi




Pagi yang begitu cerah. Murid-murid sudah berkumpul untuk memasuki ruang kelasnya masing-masing. Perlahan mereka masuk setelah bel berbunyi. Ibu guru juga turut masuk ke ruang kelas. Dan bersiaplah semua murid untuk mengucapkan salam kepada ibu guru dan membaca doa untuk memulai pelajaran.

"Ayo, anak-anak, sekarang kita belajar bahasa Indonesia, buka buku pelajaran kalian!" kata ibu guru dengan suara keras dan penuh semangat.

"Iya, Bu Guru," jawab murid serempak sambil mencari buku pelajaran bahasa Indonesia dari dalam tas mereka dan mengambilnya, lalu meletakkannya di atas meja dan membukanya.

Ruang belajar di dalam kelas terasa tenang. Murid kelas tiga Sekolah Dasar ini duduk dengan rapi memerhatikan ibu guru yang sedang memberikan penjelasan materi pelajaran bahasa Indonesia.

"Baiklah anak-anak, ada yang masih belum mengerti?" tanya ibu guru, "kalau masih ada yang belum mengerti, silakan bertanya."

"Sudah mengerti, Bu," jawab murid serempak.

Satu murid perempuan yang sedari tadi merasa sangat gelisah. Duduknya tidak bisa diam. Tapi ia tidak bilang kepada siapa pun. Hanya merasakannya sendiri.

Terdengar suara ibu guru memberi perintah kepada muridnya.

"Anak-anak, sekarang kalian kerjakan latihan soal halaman empat belas."

Seketika ia terkejut. Wajahnya pucat pasi, bingung dan tak tahu harus bagaimana. Yang ia tahu, ia hanya harus mengerjakan tugas itu dengan segera.

Ia mulai mencari halaman untuk latihan soal itu. Dan mulai mengambil sebuah pensil, menggoreskannya ke dalam buku tulisnya. Namun, ia tak kuasa untuk menulis. Ia tak bisa konsentrasi. Kekuatannya hanya berfokus untuk menahan rasa itu. Ya, rasa yang sejak tadi ia rasakan. Benar-benar menggangu konsentrasinya.

Satu per satu ia mulai menyalin pertanyaan ke dalam buku tulisnya. Dan mulai mencoba menjawab dari setiap pertanyaan itu dengan sepenuh tenaga dan pikirannya.

Anak-anak yang lain sudah banyak yang mengumpulkan tugasnya. Mereka membawa tugasnya dan menyerahkannya kepada ibu guru. Kemudian ia juga membawa tugasnya ke depan dan menyerahkannya. Dan tampak buku tulis bertumpuk di atas meja ibu guru.

Terlihat ibu guru sedang berfokus pada catatan hasil jawaban latihan soal itu. Satu per satu hasil tugas sudah diperiksa. Sedikit demi sedikit tumpukan buku tulis pun berkurang.

Ia yang masih terus menahan rasa itu, keringat yang masih terus bercucuran, dengan duduk yang tidak bisa tenang. Dan pikirannya yang tidak bisa fokus.

"Rita!" panggil ibu guru kepadanya.

Ia tersentak, begitu tegang dirinya. Kemudian ia beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri ibu guru.

"Iya, Bu."

"Ini kamu menulis apa? Kok, seperti ini???" tanya ibu guru penuh heran dengan mengernyitkan dahi.

Tampak di atas kertas dalam lembaran buku tulis, yang tersusun rapi dalam barisan, goresan pensil yang memenuhi halaman itu, berbentuk garis yang bergelombang, terlihat naik turun dan berbaris-baris.



"Itu, Bu…." Ia tak bisa menjawab dengan jelas.

"Kamu kenapa, Rita? kamu sakit atau kenapa?"

"Nggak sakit, Bu."

"Lalu kenapa seperti ini?"

"Saya mau…."

"Mau apa?" tanya ibu guru penasaran, "atau kamu mau buang air kecil, ya?"

"Iya, Bu," jawabnya dengan nada datar dan penuh malu.

"Oh, ya ampun." Terkejutnya ibu guru, namun dengan perasaan lega, karena sudah mengetahui alasan mengapa seorang muridnya melakukan hal tersebut. "Ya sudah, kamu ke kamar kecil sana, ajak temanmu."

 "Iya, Bu."

"Lisa, tolong temani Rita ke kamar kecil!" pinta ibu guru ke salah satu muridnya.

"Baik, Bu," jawab Lisa. "Ayo, saya antar," ajak Lisa kepadanya.

"Iya, terima kasih."

Beberapa menit kemudian. Kembalilah Rita dari kamar kecil bersama temannya. Wajahnya terlihat memerah. Dan terus menundukkan wajahnya. Tak sedikit pun ia menoleh.

"Sudah selesai, Rita?" tanya ibu guru.

Ia terkejut mendengar suara ibu guru. Dengan menahan rasa malu, perlahan ia mengangkat wajahnya, menatap ibu guru yang terlihat penuh perhatian.

"Iya, sudah selesai, Bu," jawabnya dengan penuh malu dan kembali menundukkan wajahnya.

"Ya sudah, kalau begitu. Tapi, Rita… lain kali kalau kamu merasa ingin buang air kecil atau kamu sedang merasa kurang sehat, kamu bilang sama Ibu, agar tidak seperti ini lagi, ya," jelas ibu guru.

"Iya, Bu," jawabnya dengan masih merasakan malu.

"Ya sudah, kamu kembali ke tempatmu."

"Baik, Bu."

Kemudian ia kembali ke tempat duduknya dengan perasaan tenang tanpa menahan sesuatu apapun. Terasa begitu ringan dan konsentrasinya pun telah kembali penuh. Dan ia kembali mengulang mengerjakan tugas yang telah dikumpulkannya itu dengan benar.

***

Hmm.. Semoga bermanfaat yaa...


*Smile and Love